Sabtu, 26 Maret 2016

Pendidikan "Online" Bukan Ancaman Kampus Konvensional

Sehebat apapun laju industri digital di dunia pendidikan diyakini tak akan sepenuhnya menggeser peran lembaga pendidikan konvensional. Ada yang tak bisa didapatkan dari metoda pendidikan online.

“Layanan pendidikan online tidak akan mengancam universitas konvensional," ujar Chairman situs web mataharimall.com, Emirsyah Satar, seusai acara Inaugurasi Corporate Advisory Board, Binus Business School, di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (24/3/2016).

Menurut Emirsyah, mahasiswa di perguruan tinggi pada dasarnya belajar cara berpikir sistematis. "Dan (di dalamnya tercakup) questioning (tanya jawab maupun diskusi)," imbuh Emirsyah.

Proses interaksi bersama dalam pencarian solusi selama proses belajar itulah yang tak bisa ditemukan dalam metoda pendidikan online. Jasa pendidikan ini terus muncul, antara lain dengan kecenderungan menawarkan biaya lebih murah dan fleksibelitas waktu belajar tanpa keharusan tatap muka.

Peningkatan kualitas SDM

Sharing session Emirsyah merupakan bagian inaugurasi atau pengukuhan Dewan Penasihat Binus Business School pada hari itu. Emirsyah menjadi salah satu anggota dewan ini.
Selain Emirsyah, anggota dewan tersebut juga adalah President Director Commonwealth Bank, Tony Costa; President Director Creador, Cyiril Noerhadi; Chief Innovation Officer Telkom Indonesia, Indra Utoyo; dan Director Corporate Human Capital Astra International, A Budi Santoso. Namun, Budi berhalangan hadir.

Kelima tokoh itu akan meninjau kurikulum Binus Business School agar selalu relevan terhadap perkembangan dunia industri dan geliat bisnis masa kini. Pembentukan dewan tersebut antara lain berdasarkan kesadaran tentang adanya kesenjangan antara permintaan dan permintaan atas SDM untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Thinkstock Ilustrasi

CEO Universitas Bina Nusantara (Binus), Bernard Gunawan Hadispuspito, dalam sambutannya menyatakan, pembentukan dewan tersebut merupakan salah satu wujud keseriusan kampusnya meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

Era digital dan big data

Masih dalam sharing session yang sama, Emirsyah berpendapat pula, sumber daya manusia (SDM) Indonesia sekarang baru berada pada tahap awal penguasaan industri digital. SDM kita,, menurut dia masih butuh waktu penyesuaian untuk mengikuti laju perkembangan teknologi dan industri itu.

Meski demikian, Emirsyah berkeyakinan penguasaan industri digital ini akan meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan penyebaran informasi terkini. Sejalan dengan optimismenya, dia berharap perguruan tinggi mampu menghasilkan tenaga kerja siap pakai untuk memenuhi kebutuhan era digital.

"Ya digitalisasi telah datang. Perguruan tinggi juga harus mengatur dan menyiapkan tenaga-tenaga andal yang siap menciptakan inovasi baru di dunia digital,” ungkap Emirsyah.

Pada kesempatan yang sama, Cyril berbagi tips agar alumnus Business Binus School bisa menjadi pionir sekaligus sukses melangkah di era industri digital. “Buatlah mahasiswa melakukan project dengan tema tertentu," sebut dia.

Cyril melanjutkan, dalam pengerjaan proyek tersebut, sebaiknya mahasiswa bekerja secara berkelompok. "Bagilah mereka dalam kelompok dan biarkan mereka membagi tugasnya masing-masing. Pantau terus perkembangannya setiap minggu melalui presentasi,” papar dia.

Sementara itu, Indra berharap perguruan tinggi di Indonesia bersiap pula menghadapi era Big Data. “Big data digital harus disinergikan dengan berbagai hal. Tidak ada orang yang paling ahli dalam dunia digital, semua harus dieksplorasi. Perusahaan harus memanfaatkan big data. Universitas harus berkolaborasi dan mendukungnya," tegas dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar